Selasa, 20 September 2011

Pergi Untuk Kembali

Kurang lebih 4 tahun lamanya saya tidak beragama, bukan karena ketidakpercayaan terhadap keberadaan Tuhan...melainkan lebih kepada mencari jawaban atas pertanyaan, kenapa harus beragama untuk menjadikan seseorang berkeTuhanan? ketika pada realitanya banyak saya temui orang2 yang kesehariannya dekat dengan agama namun jauh dari Tuhan.

Perjalanan ketidakberagamaan dimulai ketika saya benar2 ingin mendalaminya, alih2 mendekat dan paham malahan menjadi semakin menjauh dan semakin jelas bahwasanya sudut pandang menjadi kabur.
Semua dimulai ketika saya mempertanyakan hubungan antara agama, manusia dan Tuhan dengan berkaca pada realita.

Dan saya pun bertanya...
kenapa saya beragama islam dan bukannya kristen, katolik, hindu ataupun Budha? dan jawaban yang logis dan pasti saya akui adalah karena kedua orang tua saya beragama islam. Jika kedua orang tua saya beragama kristen pastilah saya beragama kristen. Mungkin bukan hanya saya saja yang menyadari bahwasanya keber-agamaan seseorang itu bersifat keturunan, namun di sini saya ingin membuat perbedaan dengan menindaklanjuti nya dengan pencarian atas pemahaman.

Rabu, 14 September 2011

True Mirror Tells No Lie

Sebagai makhluk yang bernama manusia tentulah jauh dari sempurna, begitu juga dengan saya yang juga memiliki banyak kekurangan dan tidak akan pernah bisa luput dari sesuatu yang bernama kesalahan, perilaku buruk dan juga tindakan yang tidak menyenangkan orang lain. Namun terkadang (dan mungkin seringkali dalam kasus saya) kita tidak sepenuhnya sadar atas kekurangan dan kesalahan tersebut sebelum akhirnya kekurangan dan kesalahan tersebut menjadi benar2 jelas dan gamblang dan seringkali (atau bahkan mungkin pasti) ketika semua telah terlambat.

Tidak bisa dipungkiri bahwasanya kita sebagai makhluk yang jauh dari sempurna memang diharuskan untuk sering-sering bercermin guna mengetahui secara jelas kekurangan dan kesalahan kita. Namun yang jadi masalah adalah ketika bercermin hanya merefleksikan gambaran secara fisik atau badaniah kita yang notabene hanya sekadar kulit saja, sedangkan "isi" yang terpenting dan berhubungan langsung dengan moral, sifat serta perilaku tidak tersentuh "tetap tersembunyi".

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, apakah ada cermin yang mampu merefleksikan "isi"?

Jawabannya "ada" bahkan harganya bervariasi, mulai dari yang mahal, sedang, murah dan bahkan ada juga yang bebas biaya alias gratis(namun dengan kualitas terbaik dibanding yang mahal). Lhoh kok bisa? cermin apakah itu?


Cermin itu adalah orang2 terdekat kita yaitu keluarga, sahabat dan teman. Ya, merekalah yang selalu mengoreksi tindakan kita, memberikan saran dalam pembelajaran untuk memperbaiki segala kekurangan kita, dan seringkali menggamblangkan kesalahan atas tindakan kita sebelum "terlambat". Yang terbaik dalam kualitas tentu saja yang gratis, tanpa pamrih selalu jujur merefleksikan segala kekurangan dan kesalahan kita tanpa takut dianggap menyakiti karena mereka melakukannya tulus demi kebaikan kita dan bukan hanya sekedar menyenangkan hati kita walau terkadang dengan cara yang tidak kita sukai.

Carilah cermin yang benar2 apa adanya cermin, lihat dan dengarkanlah mereka. Karena sesungguhnya cermin tak pernah berkata bohong.
M Wildan ZL, 14-09-2011

Ngomong2, ke mana perginya ya cermin2ku?

Saya Tidak Sedang Mencari Tuhan

Internet connection on -> buka wikipedia, baca artikel2, forum2 diskusi, sambil sesekali ngintip Facebook (google translate selalu on) ditemenin, caffeine, nicotine (no alcohol), dan music tentunya (can't live without it sampai2 ke mana2 earphone slalu nancep di telinga) today playlist is Within Temptation, The Unforgiving album.

Nothing special today sampai adik laki2 saya pulang kuliah dan nodong pertanyaan2 seperti di bawah (saya list saja biar gampang, sekalian jawaban yang saya berikan)

1. Q. Kamu percaya Tuhan gak? (do you believe in God?)
A. Ya (Yes I do)
2. Q. Kamu percaya kalo semua yang ada di dunia ini Tuhan yang nyiptain termasuk kamu? (do you believe that everything is God creation including you?)
A. Ya, tentu (Yes, of course)
3. Q. Lalu jika percaya, berarti kamu gak menghargai Tuhan donk? (if you do believe, then you don't respect and appreciate God for everything that he create including you?)

Sebelum menjawab pertanyaan ke-3 saya balik bertanya ke pada adik saya yang tidak bisa dia jawab namun mungkin saya sudah tahu jawabannya.

Q. Kenapa kamu menganggap bahwa saya tidak mensyukuri, menghargai, dan menghormati Tuhan?
A(maybe-karena tidak dia jawab). Karena dirimu tidak sholat 5 waktu yang merupakan kewajiban sebagai muslim. (FYI, saya terlahir di keluarga besar muslim...dan dalam KTP saya tercantum Islam sebagai agama saya-Toh cuma di KTP bukan apa yang saya yakini dan percaya)

Sebelum memberikan jawaban saya atas pertanyaan yang ke-3 , saya ingin memberitahukan sudut pandang saya tentang Ketuhanan sehingga menjelaskan kenapa adik saya menanyakan pertanyaan di atas.

"Janganlah anda tanyakan apa agama saya jika hanya menimbulkan perbedaan di antara kita", mungkin pernyataan tersebut bisa membuat anda sedikit paham tentang sudut pandang KeTuhanan saya. Begitu juga dari jawaban saya atas pertanyaan pertama dan kedua dari adik saya juga menjelaskan bahwasanya saya bukan atheis, dikarenakan saya percaya dengan adanya Tuhan. Saya juga bukan agnostik dikarenakan saya percaya bahwa kita manusia dapat mengerti dan mengetahui kebesaran Tuhan dengan akal pikiran yang Tuhan berikan kepada kita. Saya juga bukan penganut Eutheism, maltheism ataupun dystheism karena saya yakin bahwasanya Tuhan tidak hanya sekedar tentang nilai baik (Good) atau buruk (Evil). Saya "belum bisa" menerima konsep keTuhanan yang ada jika diharuskan untuk memilih salah satunya, bukan berarti saya sedang mencari Tuhan.

Singkat kata ini jawaban saya ke dia.
Sebagai seorang muslim kamu melaksanakan sholat dan berdoa sebagai cara bersyukur, menghargai, tunduk, dan sekaligus hormat terhadap Tuhan atas segala karunia yang telah diberikan. Dan saya memiliki konsep dan cara tersendiri untuk bersyukur, menghargai, dan menghormati apa yang telah Tuhan berikan. Jika kamu percaya bahwa dengan beribadah kamu bersyukur, menghargai dan menghormati Tuhan maka beribadahlah. Oleh karenanya saya lebih suka menyebut hubungan antara makhluk dengan Tuhan adalah kepercayaan, ketika kamu percaya maka lakukanlah entah apapun itu cara, sistem, dan konsepnya. Setelah mendengar jawaban saya dia diam entah karena dia puas dengan jawaban saya ataukah masih memikirkan jawaban saya, dan kemudian nyelonong pergi ke rumah eyang yang notabene dekat dengan rumah untuk internetan gratis(wi-fi tetangga eyang yang no password).

Yang terpenting bagi saya, saya bersyukur dan menghargai segalanya yang telah Tuhan berikan benar2 dari hati nurani terdalam saya. Saya sungguh sangat percaya bahwa Tuhan pun tahu dan mengerti seberapa dalam rasa syukur saya atas kehidupan yang Tuhan berikan kepada saya, atas keluarga yang mengerti saya walaupun mereka tahu bahwa sudut pandang saya tentang Tuhan berbeda dengan mereka.

"Jangan pernah kautanyakan apa agamaku, jika karenanya kau tentukan seberapa berkeTuhanannya aku. Namun percayalah bahwasanya aku percaya atas ada-Nya. Bagiku berkeTuhanan bukanlah tentang apa, siapa, dan bagaimana melainkan tentang percaya. Dan saya tidak sedang mencari Tuhan."
M Wildan ZL, Semarang 14-09-2011